Sabtu, 05 September 2009

Ikut Ekskul Tradisional, Enggak?



Pergelaran Karawitan Muda Indonesia III

Smartnews — Anggapan siswa-siswi SMA abai terhadap kesenian tradisional ternyata tak selamanya benar. Mereka sangat tertarik ekskul kesenian tradisional. Seni tradisional juga tak identik dengan suku tertentu, misalnya gamelan Jawa selalu disukai orang Jawa.

”Saya dari suku Batak, tapi suka karawitan. Saya sudah ikut ekskul gamelan Bali, ekskul gamelan Jawa, juga ekskul kolintang,” kata Ollyanda Assabel dari SMA Santa Ursula, Bumi Serpong Damai, Tangerang.

Kata Ollyanda, anak muda justru antusias dengan hal-hal yang sifatnya unik. ”Malah enggak terasa jadul kok, kita ngerasanya ini justru menarik, sambil melestarikan budaya sendiri. Para penonton yang menyaksikan juga pasti kagum melihat teman-temannya bisa melakukan sesuatu yang mereka enggak bisa,” katanya.

”Anak muda enggak peduli budaya sendiri? Hmm mungkin itu cuma beberapa orang. Anak muda justru antusias dengan musik tradisional asli atau karawitan kok,” tambahnya.

Lalu, apakah yang enggak ikut ekskul tradisional berarti tak cinta budaya lokal?

”Saya enggak ikut ekskul tradisional karena memang enggak punya bakat seni. Tapi ini bukan karena saya tidak cinta seni tradisional,” kata Nadia dari SMAN 24 Bandung yang punya ekskul angklung.

Rafini Rahmadini dari SMA Al-Azhar 1 Jakarta, yang ikutan ekskul Tari Saman, mengatakan, cinta budaya memang wajib. Cinta budaya bisa diwujudkan dengan ikut ekskul tradisional agar tak lagi sepi peminat. Ini aksi yang mudah dilakukan, jadi tak perlu hujat-menghujat bangsa lain.

”Tapi, untuk urusan caci maki ke Malaysia karena mengklaim budaya kita, saya enggak ikutan. Lagian, itu juga salah kita sendiri, kenapa enggak melestarikannya dengan baik? Kenapa pemerintah enggak mematenkan, ya?” katanya.

Disadari atau enggak, pemerintah memang tak gencar mempromosikan aset budaya kita ke dunia, sedangkan Malaysia begitu bernafsu menjadi Asia yang sebenar-benarnya.

Budaya kita banyak yang mati suri karena sepi peminat di negeri sendiri, sedangkan di negeri orang dikagumi, dipromosikan, dan dieksploitasi secara komersial.